header Diary Jingga

NUTRISI MENULIS

2 komentar

Foto : Koleksi Pribadi

Menulislah, agar dunia mengenalmu. Itu sebuah ungkapan yang menjadi amunisiku dalam menulis. Menulis bagiku awalnya hanya hobi saja. Tidak memerlukan waktu khusus dan pikiran fokus. Hanya cukup punya hati yang gundah gulana maka jadilah tulisan.

Layaknya berbait-bait puisi yang dengan mudah terungkap saat hati gulana. Mudah, ya awalnya. Karena semua bermula dari eksplorasi emosi saja. Menulis tentang peristiwa sehari-hari yang membuat aku merasa tentram. Jika dada sesak karena rindu, maka tulisan menjadi pelabuhannya. Begitu juga dengan kecewa, sedih dan cinta tentunya semua jadi satu dalam bab demi bab kehidupan yang aku tulis melalui diary.

Lalu aku mulai merasa ada yang kurang saat menulis. Saat menemui jalan buntu. Ketika aku harus mengingat sebuah diksi yang pantas, lalu kehilangan arah. Pada kenyataannya menulis bukan hal yang sederhana tentang rasa saja. Lalu ketika bukan hanya aku yang menikmatinya, maka aku harus menulis dengan memperhatikan sudut pandang oranglain saat membaca.

Semakin beragam jenis tulisan yang dibuat, semakin besar pula nutrisi yang kita butuhkan. Ya, menulis adalah proses kreatif  yang membutuhkan energi lebih. Energi itu di dapat jika kita mampu mengolah nutrisi dengan baik. Biar nikmat maka variasi nutrisi harus seimbang.

Berbagai cara memenuhi nutrisi dalam menulis bisa dilakukan. Menonton televisi, mendengarkan radio, membaca pastinya. Membaca pun beragam. Bisa langsung dengan buku, ebook atau bisa pula membaca suatu kejadian. Literasi yang mumpuni dibutuhkan sebagai penulis.S Seorang penulis harus bisa memilah berita. Menelusuri tidak hanya satu sumber.

Semakin baik literasinya maka tulisannya pun akan semakin berbobot. Satu lagi, latihan. Kalau menurut coach saya di Kelas Menulis Perpustakaan, Teh Ivieth saya biasa memanggilnya. Beliau mengatakan bahwa proses kreatif dalam menulis akan didapatkan ketika kita sering berlatih menulis atau dengan kata lain tergantung dari jam terbang kita dalam menulis.

Lain lagi dengan rekan seperjuangan saya. Bu Utik namanya. Menurutnya menulis adalah candu saat kita memulai ternyata kita sulit untuk lepas dan mengakhiri. Dan kini saya merasakannya. Ketika di KMP di tuntut untuk menulis satu tulisan setiap harinya, jika terlewat satu hari saja. Maka saya merasa ada yang kurang. Akhirnya saya berkesimpulan ternyata bukan Covid-19 saja yang menular, hobi menulis menular.

Sekian dari saya, si wanita sederhana yang masih memerlukan banyak nutrisi. Mungkin ada yang mau memberi nutrisi pada saya. Dengan senang hati saya terima. Karena sebagai penulis pemula saya siap di kritik supaya bangkit. Saya juga jangan terbuai oleh sanjungan karena bisa melenakan. 
Vie
I am a simple woman. Penyuka warna jingga. Seorang Ibu juga seorang pendidik yang menggandrungi dunia kepenulisan. Volunteer di Komunitas Guru Belajar (KGB) Sukabumi dan Komunitas Guru Madrasah Menulis

Related Posts

2 komentar

Posting Komentar